Selasa, 20 Desember 2011

CINTAKU DI BALIK PENJARA

“ jon...jon...oper ke aku...cepat...!!” pintaku
“ ini tio.., dukk !!!” jon mengoperkan bola ke arahku yang sudah siap dimulut gawang lawan. Aku lari mengejar bola tanpa mempedulikan orang disekitar. Tiba-tiba “ braaakkkk.....” Saking semangatnya aku berbenturan kepala dengan dimas rebutan bola.  “ aww...sakiitt.” rintihku
“ oh my God...tio..km apa-apaan sih...” bilang dimas agak emosi.
“ kamu tuh, mas... taruh mata di mana?” sahutku sambil menahan kesakitan
Setelah beberapa saat aku dan dimas kesakitan akhirnya permainan bola minggu pagi itu usai. kita seperti biasa lagi. Seakan-akan kejadian itu diterjang angin kencang musnah terlupakan.
“ hi friend, aku pulang dulu ya...” teriakku ke teman-temannya.
“ ok..jangan lupa sabtu sore main lagi....” sahut teman-temanku.
Aku mengambil motor yang diparkir di pinggir lapangan. Dengan keringat yang masih membasahi tubuh, ku genjot motor dan langsung ngacir. Aku ngebut menelusuri jalanan kota kejar-kejaran dengan mendung yang siap menyiram Bandung.
Jalanan saat itu agak sepi. Yaa...mungkin orang enggan keluar karena cuaca kurang bagus. Aku semakin kencang dengan kawasaki ninjaku. Namun tiba-tiba...” sttttttttttttt..........ciiiittttttt...prakkk.....” aku terjatuh berguling-guling dijalan.
Beberapa saat kemudian....
“ Di mana aku ini..??” mataku mulai terbuka. Masih samar-samar aku lihat orang disekitarku.
“ Tenang mas...km di rumah sakit sekarang “ terdengar suara cewek dideketku.
“ Mas, maafkan aku...tadi aku nyeberang gak lihat jalanan, mas menghindariku dan terjatuh...” terang cewek itu sambil memperbaiki posisi kakiku.
“ aku yang mambawa mas ke sini ...” tambahnya
“ ohw...kepalaku pusing banget , tadi aku terbentur apa...?” tanyaku.
Cewek itu menunggui sesekali memperbaiki posisi tubuhku yang bergeser dari tempat pembaringan. Aku baru tahu kalau nama cewek itu rini. Seorang mahasiswi semester 3 di universitas swasta di Bandung.
“ Mas, ini alamat rumahku, siapa tahu mas tio mau komplain apa ke aku...” rini menyodorkan kartu namanya.
Setelah 2 hari aku dirawat di rumah sakit, akhirnya aku diperbolehkan pulang. Kondisiku sudah agak mendingan, walaupun masih terasa kaku diseluruh tubuh. Seminggu setelah pulang dari rumah sakit kondisiku pulih total. Di saat kesendirianku, aku ingat gadis cantik yang sempat aku tabrak waktu itu, ya rini namanya
Masih aku simpan kartu nama yang dia berikan waktu itu. Rini,  jln Ir juanda blok B.12  kota Bandung.  “ aku baru menyadari begitu cantiknya kamu, rin. seandainya aku bisa memilikimu....” pikiranku malayang jauh menembus dinding kamarku.
 “Drrr… Drrrrrr… Drrrrr….” aku tersentak kaget, lamunanku buyar oleh getar Handphone di meja
“Ya halo….?” aku memulai menyapa.
Tio, maen yuk!” ajak seorang cewek dengan suara centil di sebrang sana. “ogah ah…!” jawabku spontan. Aku tahu nadya pasti ngajak aku shoping,  Huft..biasa hobby kebanyakan cewek. Nadya adalah anak temen tanteku yang sempat main dan kenalan ketika mengantar ibunya arisan di rumah tanteku.
“yakin nih??” jawab Nadya disana.
“Iya!, ajak saja Meta. dia pasti mau” seruku.
“Yah Tio ga asik, awas loh jangan kebanyakan bengong di kamar nanti kesambet” nadanya menggangu.
“Udah sana pergi, jangan gangguin aku, lagi bt, nih !” jawabku. Tut…. tut… tut… aku tutup paksa handphoneku. Entah mengapa hari ini aku merasa pengen sendiri.
“Drrrrr Drrrrrr Drrrrr…”  Hapeku kembali bergetar. Pasti Nadya lagi pikirku.
“Apa lagi sih?? Udah aku bilang aku lagi ga mau keluar Nad!!” jawabku ketus dan kesal.
“halo....!!  maaf , betul ini dengan Tio?” seorang dengan suara lembut terdengar di seberang sana. Oh My, bukan nadya ternyata. Waaah aku malu bgt! Dengan emosi yang mereda aku segera menjawab
“ya betul, maaf siapa , ya?” Jawabku dengan nada bersalah.  “aku rini. Masih inget kan?” tanyanya.
“ Oh..rini..masih..masih “ aku manjwab terbata-bata.
10 menit lebih aku berbincang-bincang dengan rini melalui handphone di sore itu. Suaranya terdengar lembut di telinga. “Hmm...jangan-jangan aku jatuh hati, nih sama dia...” pikirku
 “ eh..boleh aku main ke kosmu?” aku memberanikan diri
“ boleh, kok. Main aja ke sini. Aku lagi di kost nih..” jawabnya.
“ ok...aku segera meluncur..tunggu, ya” aku begitu bersemangat.
Petang itu aku meluncur mencari alamat yang pernah diberikan rini kepadaku. Sesekali aku bertanya ke orang di pinggir jalan. Maklum aku bukan asli orang bandung, jadi gak hafal jalan yang ada di kota Bandung.
Setelah beberapa lama aku mencari, akhirnya aku menemukan sebuah kost-kost an yang depannya penuh dengan tanaman bunga. “ wah, bagus banget kostnya...asri..” pikirku. Aku lihat di tiang pagar depan ada tulisan B.12. “ Iya benar..ini alamat kostnya rini” kuyakinkan diriku. Aku mendekati pagar besi yang menghadang tepat di depanku. Aku mencoba memejet bell yang terpasang rapi ditiang pagar yang dihiasi batu alam itu.
“tet...tet...”  suara bell berbunyi. Namun tidak ada seorangpun yang keluar. Aku penasaran...’ tet..tet...” aku coba ulangi. Tiba-tiba muncul sesosok gadis berparas cantik dengan tinggi badan semampai keluar dari pintu menggunakan celana pendek  dengan hem putih lengan panjang. Akupun bergegas mendekatinya. ‘ hai, rin. Apa kabar? Sapaku
“baik, tio..gimana kabarmu. Dh sehat, kan?  Mari masuk, silahkan..!” rini mengajakku masuk ke dalam kostnya
Aku amati kamarnya dari sudut ke sudut, semua serba tertata rapi. Harum kamarnnya mengingatkan pada kamarku yang ada di jogja.
“ eh kok melamun...” dia mempersilahkan duduk di springbed tempat tidurnya.
Gak tau petang ini rini keliatan cantik dan seksi sekali.  Aku mulai mengobrol santai dengan rini. Sesekali dia tertawa kecil memperlihatkan gigi taringnya yang mungil. “ hmm...andai aku bisa memilikinya...” lamunanku kembali menggoda.
“ hai....kok melamun...hayo melamunin yang di jogja, ya? “ candanya
“nggak, kok..” kilahku.
 “Mau minum apa?” tanya rini dengan muka ceria
“ “Hmm adanya apa?” tanyaku balik
“Kopi? teh? jus orange? ato cendol?” jawab rini dengan nada canda.
“macam kafe aja, hahahahaha…” aku tertawa.  “Hmm... kopi aja, deh.. jawabku sambil tersenyum. Rini pun bergegas ke dapur membuatkan kopi yang aku pesan.
“tadaaaa…. lama ya nunggunya?” rini datang dengan secangkir kopi panas. Aku berdiri sambil melihat foto-foto yang terpasang rapi di dinding kamar kosnya. “sori ya kamarku sempit” rini mengawali perbincangan sambil meletakkan secangkir kopi hitam di bangku sudut kamar.
nggak kok, kamarmu bersih, rapi  dan cantik. Sama seperti orangnya...hehe..  Aku mulai mengeluarkan jurus gombalku. “makasih” dia balas dengan tersipu. Rini mencoba menyembunyikan pipinya yang merah.
Kami berbincang cukup lama tentang keluarga, pendidikan, hobi dan lain-lainnya.  Sesekali dia mengeluakan candaan yang kadang membuatku tertawa terpingkal.
“By The Way, cowokmu ga marah ni aku berkunjung ke sini?” Aku mencoba bertanya lebih jauh.
 “Gak... Gak apa-apa, Kok.... Eh diminum dong kopinya” Rini bergegas mengambilkan secangkir kopi dari meja  di sudut ruangan.  “sreeet, Byurrrrr. aaaaaaaah” Huff....tiba-tiba kopi panas itu menyiram kemeja biruku. Sontak aku kepanasan.
“Sorry-sorry...”  rini bergegas mendekat dan mengusap-usap dadaku “Please... Sori, aku gak sengaja” sambil terus mengusap dadaku. Disela-sela kepanikannya, diam-diam aku melihat dadanya yang montok yang tertutup kemeja putihnya yang tipis. “ Oh My God...” pikirku .
Waktu berjalan begitu cepatnya. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 22.00 malam. Akupun berniat untuk pamit pulang. “ rin, dah malam, nih. Aku pulang dulu, ya! Seruku. Dia cepat-cepat memegang tanganku. Aku yang gak terbiasa dipegang tanganku oleh cewek jadi kikuk. “ mas, nginap sini aja, ya? Aku nggak ada temen, nih, please ya, mas!!” rini merengek sambil merayuku. Bener-bener jantungku berdetak gak karuan iramanya. Perasaan takut, cemas, kikuk bercampur baur jadi satu. “ rin, nggak enak aku nginap dikostmu. Nanti aku dikira ngapa-ngapain denganmu”. Aku memberinya alasan. “ gak apa-apa, kok mas...” dia menjawab sambil memegang tanganku.
Aku tersontak kaget ketika tiba-tiba dia menciumiku dan memelukku erat sekali. Nafasnya terdengar ngos-ngosan seperti habis lari cepat 100 m. Entah setan apa yang merasuki kami berdua, kamipun terlibat hubungan terlarang layaknya suami istri. Sekali....dua kali..tiga kali ....
 Aku terbangun ketika jam wecker berbunyi, Aku lihat rini masih telanjang memelukku. Aku pandangi mukanya yang cantik. Aku mulai bingung dengan apa yang telah aku lakukan semalam. Making Love tanpa menggunakan pengaman. “ Oh My god...gimana kalau dia hamil...”  aku bener-bener gak tenang pagi itu. Tiba-tiba rini terbangun dan kaget melihat dirinya telanjang tanpa sehelai benangpun. Dia teriak   “Tioooo.....!!??  kamu....Kamu...Oh..” Aku lihat mukanya memerah manahan amarah,  memukili dadaku sambil menangis terisak-isak. “ Tio...aku takut hamil..., aku takut, tio...”ratapnya.
Seminggu setelah kejadian itu. Rini tidak ada kabar lagi. Setiap aku call, Hpnya tidak pernah aktif. SMS pun tidak pernah dia bales.
Senin, 5 Desember 2011
“ ting tong....ting tong...” suara bell berbunyi
Aku mendengar seperti ada orang yang memejet bell.  Dengan lunglai dan mata masih kantuk, aku bangun dan menuju ruang depan. “ kreek.” Aku membuka pintu
“ Maaf, bener ini rumahnya Tio sadewa....?” tanya seorang tinggi besar berkumis dengan jeket kulit di badannya. Aku lihat mobil polisi terparkir diluar pagar rumah tanteku.
“ Benar, pak...” jawabku. “ ada apa ya, pak?” tanyaku setengah bingung.  Aku menenangkan diri dengan berpikir positif. Hmm...mungkin mereka berdua rekan kerja omku.
“ Maaf, mas tio ikut saya sekarang juga ke kantor polisi, nanti kita jelaskan di sana” terangnya. Aku ketakutan setengah mati karena selama hidup tidak pernah berurusan dengan polisi. “ ini ada apa, pak?....saya salah apa? Nggak...nggak mau....!!” aku meronta.
Kedua orang itu menarik paksa tanganku. Aku pun terus meronta tidak mau ikut kedua orang itu. Aku gak kuasa lagi karena badan kedua orang itu lebih besar dan lebih kuat. Akupun digelandang masuk ke dalam mobil yang sudah terparkir di pinggir jalan. Sesampainya di kantor polisi aku melihat wajah yang sudah tidak asing lagi. Iya....rini. Dia di temeni laki-laki setengah baya dan seorang ibu duduk sampingnya. Aku lihat dia menundukkan wajahnya seakan takut menatapku.
“ Begini mas tio...ada laporan yang masuk ke kami bahwa mas tio telah melakukan tindak pidana asusila pemerkosaan terhadap seorang gadis bernama rini..” terang polisi berseragam. Sontak aku kaget setengah mati dan mendadak badanku lemas tidak bertenaga. “ rin...kamu....tega sekali rin...” mataku berkaca-kaca.   
Semenjak itupun aku menjadi tahanan kepolisian. Sesekali tante dan omku menjenguk dan memberiku support supaya tetap tenang. Mereka meyakinkan kalo aku pasti menang dipengadilan nanti.
Tiga bulan setelah berkas selesai ,  akhirnya akupun dihadapkan ke meja hijau. Melalui proses yang panjang dan melelahkan. Akhirnya hakim ketua memutuskan aku bersalah dengan bukti-bukti yang ada.
12 tahun penjara. Ya Tuhan...Ampunilah dosaku. Dengan muka sembab aku terima keputusan itu. Akupun di kawal petugas untuk keluar dari ruang sidang tersebut. Aku berhenti sejenak tepat dihadapan rini. “ rin...tataplah aku “ pintaku. Dia mulai mengangkat kepalanya dan dengan muka sayu dia menitikkan air mata.
“ rin...aku mencintaimu...” air mataku keluar tak tertahankan. Aku liat rini menangis sejadi-jadinya.
Setelah persidangan itu. Hari-hari aku lalui di dalam jeruji besi. Sepi pengap menambah sesak dadaku. Setahun sudah aku menjalani hidupku di penjara.
Aku lihat ada seorang sipir jalan menuju ke arahku “ mas tio..ada tamu tuh...”. Akupun berpikir mungkin omku atau tanteku yang datang. Akupun bergegas menuju ruang khusus untuk pertemuan dengan tamu. Sesaat aku pelankan langkahku.  Aku lihat di depanku wajah cantik yang tidak akan pernah aku lupakan selama hidupku, dia yang aku cintai...dia yang memasukkanku ke jeruji penjara.
Aku berlari dan memeluk nya erat-erat...seakan tidak mau lepas lagi. “ rin aku mencintaimu....” sambil menangis aku memeluknya.  Aku usap air matanya yang terus mengucurkan. “ rin ini siapa??” tanyaku. ‘ mas..ini anak kita “ jawabnya. Aku teriak histeris mendengar jawaban rini. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku peluk, aku ciumi anakku sampai dia menangis ketakutan. “ nak...maafkan  bapakmu ini...kamu mirip sekali sama bapak..” sambil terus aku menciuminya walaupun dia terus meronta.
“ Mas...aku juga mencintaimu...ayahku yang  gak terima dan melaporkan mas ke polisi..maafkan aku mas..semua salahku..” sambil terus menangis di dekapanku
Tiga tahun sudah aku dipenjara. Batinku terus tersiksa ketika ingat rini dan anakku, sesak dadaku kadang terpikir untuk mengakhiri hidup. Ya Tuhan kuatkan hatiku.
Lima tahun waktu berlalu. Hari ini  tante , om,  rini dan keluarganya menjengukku di penjara. Aku merasa heran saja. Tidak biasa orang tuanya rini mau menjengukku di penjara. Aku peluk erat rini dan anakku. “ rin...jangan tinggalkan aku..aku takut rin...” sambil menangis aku meminta. Aku pun menciumi anakku yang masih berada di gendongannya rini.  Sesaat aku mendengar suara yang keluar dari mulut ayahnya rini “ tio...maafkan om..harusnya om tidak memasukkanmu ke penjara. Om memang egois. Ini kesalahan terbesar dalam hidup om. Memisahkan kalian yang saling mencinta. Maafkan om, tio..”
Akhirnya orang tuanya rini mencabut tuntutannya. Aku tinggal menunggu sampai surat keputusan bebasku turun. Hari-hari masih aku lalui di jeruji penjara. Setiap keheningan malam aku selalu teringat wajah rini dan anakku yang lucu. Aku membayangkan sedang apa mereka malam ini. “ Aduh, perutku sakit...aduw..sakit..” sambil aku memegangi perutku. Mendadak tubuhku gemetar hebat mukaku pucat pasi menahan sakit. Ya Tuhan  seandainya nyawaku Engkau ambil malam ini aku ikhlas. Terimakasih telah mempertemukan aku dan anakku, dengan orang yang aku cintai. Terima kasih telah menyadarkan kedua orang tua orang yang aku cintai. Bapak, Ibu maafkan anakmu...
( keesokan harinya semua penghuni lapas geger dikejutkan dengan meninggalnya tio sadewa di kamar  tahanannya. Sekujur tubuhnya terlihat membiru. Namun raut mukanya seperti memancarkan senyuman yang penuh makna. Kabar itu sampai ke rini dan keluarganya.
 “ Tidaaaakkkkkkkkkk.....mas Tio..........tidaakkkkkkkkkkkkkk” teriak rini histeris. Rini sebentar-sebentar jatuh tak sadarkan diri. Suara sirene ambulan  menambah hiruk pikuk jalanan kota Bandung pagi itu. Jenasah Tio sempat disemayamkan di rumah bibinya. Rini yang telah menunggu langsung memeluk jenasah Tio, sesekali jatuh tak sadarkan diri. Tak lama kemudian jenazah Tio terbangkan ke jogja. Semenjak kepergian Tio, rini tidak mau menikah lagi. Dia habiskan hari-harinya untuk membesarkan anak hasil hubungannya dengan Tio. “ mas tio....aku kangen kamu mas, tunggu aku. Kita akan ketemu di surga. Kita akan bahagia selamanya”

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Host