Minggu, 15 April 2012

“Orang Miskin” Tak Pusing dengan Krisis Ekonomi!

Siapa paling menderita jika krisis ekonomi mendera? Kalau versi Presiden Bank Dunia, Robert Zoellick, krisis ekonomi global dapat sangat merugikan penduduk miskin di negara-negara berkembang. Bank Dunia menaksir harga pangan dan energi yang tinggi telah mendorong 100 juta orang lagi ke lembah kemiskinan tahun ini saja. Agaknya Zoellick tak pernah turun ke lapangan seperti saya, sesama rakyat jelata Indonesia, negara yang katanya berkembang tapi kerap disandingkan dengan sejumlah negara miskin Afrika dalam sejumlah literatur yang saya baca. Sebab nyatanya, orang miskin itu tak kena dampak apapun atas krisis ekonomi global. Siapa rakyat miskin yang saya maksud? Mereka adalah gelandangan, pengemis, pengamen, anak jalanan, yang tak punya tempat tinggal, tak sekolah, dan entah bagaimana masa depannya.
Adakah artinya nilai rupiah anjlok atau bahkan terjadi devaluasi sekalipun bagi mereka? Apakah jika dolar turun maka mereka akan bisa kuliah dan berbelanja di butik mahal? Apakah jika rupiah anjlok, mereka akan mati bunuh diri? Tidak. Bagi kalangan orang seperti mereka, krisis atau tidak krisis sama sekali tak ada artinya.
Siapa Si Miskin?
Justru yang kena dampak paling heboh dalam situasi krisis adalah kalangan menengah. Kalangan yang dibilang kaya tapi masih naik turun bis kota dan tersiksa macet, terancam copet dan penodong. Tapi tak bisa disebut miskin, sebab mereka bisa mengecap pendidikan tinggi, memiliki laptop dan ponsel, sesekali menikmati Starbucks. Ini yang saya sebut sebagai kalangan “nanggung”.
“Kalau orang kaya, saat krisis begini gampang saja, tinggal alokasikan kekayaannya ke properti atau emas atau dolar, agar bisa selamat. Nah kita, tabungan cuma beberapa juta doang, boro-boro mau beli properti atau emas, diambil sekarang juga langsung habis,” keluh seorang teman yang masuk golongan nanggung itu.
Mungkin kita perlu lebih menjelaskan apa yang dimaksud dengan “orang miskin”. Pada pidato kenegaraan 18 Agustus lalu, Presiden SBY dengan bangga mengatakan bahwa populasi rakyat miskin sudah bisa ditekan. Saya kok seperti mendengar lawakan Srimulat, sebab faktanya anak-anak jalanan yang berkeliaran mengamen di jam sekolah kian membludak. Copet, preman, pengangguran, berita kriminal, kian marak menghiasi hidup keseharian.
Saya tertawa geli membaca tulisan di bawah ini.
Bank Dunia dan Bappenas mencatat, penduduk miskin turun separuh sejak 1997, sampai 2003. Pada 2003, Bappenas mencatat, jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan tinggal 17,4% dari total orang miskin sebanyak 37,3 juta orang. Survei Bappenas ini memakai standar internasional, yaitu penduduk yang mempunyai pendapatan kurang dari US$ 1 per hari, dan patokan harga-harga yang dipakai adalah saat krisis pada 1998.(Tempo).
Kenali “Musuhmu”
Jadi, siapa saja yang berpendapatan lebih dari 1 dolar AS sehari adalah orang kaya? Hei, 1 dolar AS itu kini hanya sekitar Rp. 9000-10.000. Ok, kita bulatkan saja jadi Rp.10.000. Jika dikalikan 30 hari artinya Rp.300.000. Berarti Bappenas mengategorikan mereka yang berpenghasilan Rp.301.000 per bulan adalah orang kaya? Apakah orang Bappenas tahu bahwa untuk mengontrak rumah sederhana saja paling tidak butuh Rp.250.000. Sisanya Rp.50.000 harus cukup untuk makan sebulan dan itu artinya dia sudah kaya? Apakah orang Bappenas mau digaji Rp.310.000 dan dianggap sudah kaya??? Serendah itukah kualitas hidup manusia Indonesia?
Bagaimana pemerintah bisa memperbaiki kondisi rakyat kita, jika mendefinisikan orang miskin saja tidak sanggup? Lalu bagaimana dengan gelandangan dan pengemis di kolong jembatan yang bahkan bisa jadi penghasilannya lebih dari Rp.300.000 sebulan tapi tetap tidak masuk kategori miskin versi pemerintah?
Kabarnya kemiskinan adalah musuh bersama yang layak diperangi. Tapi untuk mengenali musuh itu sendiri saja pemerintah tidak mampu. Ironis!

10 Gempa Terbesar di Dunia Sejak 1900


Sumber: Reuters/Situs U.S. Geological Survey Earthquake - http://earthquake.usgs.gov/
Setelah gempa 8,7 Skala Richter yang mengguncang Aceh, Sumatera Utara, dan Padang, 12 April 2012 lalu, berikut adalah 10 gempa terkuat yang pernah terekam sejak 1900 sampai sekarang.

22 Mei 1960 - Chile, gempa berskala 9,5 Skala Richter mengguncang Santiago dan Concepcion, menyebabkan gelombang laut dan ledakan gunung api. Sekitar 5000 orang terbunuh dan 2 juta orang kehilangan rumah.

28 Maret 1964
- Alaska, gempa dan tsunami yang terjadi sesudahnya membunuh 125 orang dan menyebabkan kerugian $310 juta. Gempa skala 9,2 SR ini menyerang Alaska dan bagian barat Yukon Territory serta British Columbia di Kanada.

26 December 2004
- Indonesia, gempa 9,1 SR menyerang pesisir Provinsi Aceh di Indonesia, menyebabkan tsunami yang membunuh 226 ribu orang di Indonesia, Sri Lanka, Thailand, India, dan sembilan negara lainnya.

4 November 1952 - Rusia, gempa 9 SR menyebabkan tsunami yang mencapai Kepulauan Hawaii. Tidak ada korban jiwa dalam gempa ini.

11 Maret 2011 - Jepang, gempa 9 SR menyerang Jepang, menyebabkan banyak korban. US Geological Survey memverifikasi gempa terletak di kedalaman 24,3 km dan pusatnya di 130,3 km timur Sendai, di pulau Honshu.

Gempa ini adalah yang terkuat yang pernah tercatat di Jepang. Tsunami yang terjadi setelah itu memicu krisis nuklir paling parah dalam 25 tahun terakhir. Lebih dari 15 ribu orang tewas akibat kombinasi gempa dan tsunami.

Filipina, Taiwan, dan Indonesia mengeluarkan peringatan tsunami. Peringatan tsunami dari Pacific Tsunami Warning Center mencapai Kolombia dan Peru.

27 Februari 2010 - Chile, gempa 8,8 SR dan tsunami menyebabkan tewasnya 500 orang dan kerusakan $30 miliar, merusak ratusan ribu rumah dan menghancurkan jalan-jalan tol serta jembatan.

31 Januari 1906 - Ekuador, gempa 8,8 SR menyerang pesisir Ekuador dan Kolombia, menyebabkan tsunami yang menewaskan 1000 orang. Getarannya terasa di sepanjang pesisir Amerika Tengah dan bahkan sampai San Francisco dan barat Jepang.

11 April 2012 - Gempa 8,7 SR menyerang Aceh, 495,6 km dari barat daya Banda Aceh. Getarannya terasa sejauh Singapura, Thailand, dan India.

4 Februari 1965 - Alaska, gempa 8,7 SR menghasilkan tsunami yang mencapai 10,7 meter tingginya di Pulau Shemya.

28 Maret 2005 - Gempa 8,6 SR di Nias, Sumatra membunuh 1300 orang.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Host